This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

MANAJEMEN KONFLIK


BAB I
PENDAHULUAN

Perbedaan yang terdapat dalam organisasi seringkali menyebabkan terjadinya ketidak cocokan yang akhirnya menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya ketika terjadi suatu organisasi, maka sesungguhnya terdapat banyak kemungkinan timbulnya konflik .  Sebenarnya konflik dalam setiap organisasi merupakan hal yang  tidak dapat dihindarkan.  Karena dalam sebuah organisasi melibatkan para anggotanya yang masing-masing mempunyai karakter, visi, misi maupun gaya yang berbeda-beda.
Konflik dapat menjadi masalah yang serius dalam setiap organisasi,  jika konflik tersebut dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian. Tetapi bukan berarti konflik dapat merugikan organisasi. Konflik yang ditata dan dikendalikan dengan baik  justru dapat menguntungkan organisasi sebagai suatu kesatuan. Cara menata konflik dalam organisasi saling terbuka dan kesadaran dari para anggota yang terlibat dengan konflik yang terlibat.
BAB II
TEORI
A.      Definisi Konflik :
Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.

Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)

Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1998:580) yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.

Menurut Stoner Konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian. (Wahyudi, 2006:17)

Daniel Webster mendefinisikan konflik sebagai:
1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan (Pickering, 2001)

B.      Ciri-Ciri Konflik :
Menurut Wijono( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik adalah :
1. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.
2. Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
3. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.
4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.
5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.
C.      Sumber-Sumber Konflik :
 *  Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)

*  Konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict)
 
* Konflik yang berkaitan dengan peran dan ambigius
               

D.      Dampak Konflik

Konflik dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah sebagai berikut :

1.       Dampak Positif Konflik

                      Menurut Wijono (1993:3), bila upaya penanganan dan pengelolaan konflik karyawan dilakukan secara efisien dan efektif maka dampak positif akan muncul melalui perilaku yang dinampakkan oleh karyawan sebagai sumber daya manusia potensial dengan berbagai akibat seperti:
1. Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja, seperti hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada waktu jam kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif, hasil kerja meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.

2. Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat dari cara pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan masing-masing.

3. Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar pribadi maupun antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat dalam upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas, kejujuran, inisiatif dan kreativitas.

4. Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat stress bahkan produktivitas kerja semakin meningkat. Hal ini karena karyawan memperoleh perasaan-perasaan aman, kepercayaan diri, penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa mengembangkan karier dan potensi dirinya secara optimal.

5. Banyaknya karyawan yang dapat mengembangkan kariernya sesuai dengan potensinya melalui pelayanan pendidikan (education), pelatihan (training) dan konseling (counseling) dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Semua ini bisa menjadikan tujuan organisasi tercapai dan produktivitas kerja meningkat akhirnya kesejahteraan karyawan terjamin.

2. Dampak Negatif Konflik

Dampak negatif konflik (Wijono, 1993, p.2), sesungguhnya disebabkan oleh kurang efektif dalam pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya muncul keadaan-keadaan sebagai berikut:
1. Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan mangkir pada waktu jam-jam kerja berlangsung seperti misalnya ngobrol berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan mondar-mandir menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat, pulang lebih awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tak jelas.

2. Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab.
Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.

3. Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaannya, muncul perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh teman ataupun atasan, merasa tidak dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan darah tinggi, maag ataupun yang lainnya.

4. Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila memperoleh teguran dari atasan, misalnya mengadakan sabotase terhadap jalannya produksi, dengan cara merusak mesin-mesin atau peralatan kerja, mengadakan provokasi terhadap rekan kerja, membuat intrik-intrik yang merugikan orang lain.

5. Meningkatnya kecenderungan karyawan yang keluar masuk dan ini disebut labor turn-over. Kondisi semacam ini bisa menghambat kelancaran dan kestabilan organisasi secara menyeluruh karena produksi bisa macet, kehilangan karyawan potensial, waktu tersita hanya untuk kegiatan seleksi dan memberikan latihan dan dapat muncul pemborosan dalam cost benefit.

E.       Strategi Mengatasi Konflik

Menurut Stevenin (2000, pp.134-135), terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam konflik. Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi kesulitan:
1. Pengenalan
2. Diagnosis
3. Menyepakati suatu solusi
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi

BAB III
PEMBAHASAN
Dalam interaksi dan interelasi sosial antar individu atau antar kelompok, konflik sebenarnya merupakan hal alamiah. Dahulu konflik dianggap sebagai gejala atau fenomena yang tidak wajar dan berakibat negatif, tetapi sekarang konflik dianggap sebagai gejala yang wajar yang dapat berakibat negatif maupun positif tergantung bagaimana cara mengelolanya. Dari pandangan baru dapat kita lihat bahwa pimpinan atau manajer tidak hanya wajib menekan dan memecahkan konflik yang terjadi, tetapi juga wajib untuk mengelola/memanaj konflik sehingga aspek-aspek yang membahayakan dapat dihindari dan ditekan seminimal mungkin, dan aspek-aspek yang menguntungkan dikembangkan semaksimal mungkin.
Hal-hal yang Perlu Diperhati-kan Dalam Mengatasi Konflik:
1. Ciptakan sistem dan pelaksanaan komunikasi yang efektif.
2. Cegahlah konflik yang destruktif sebelum terjadi.
3. Tetapkan peraturan dan prosedur yang baku terutama yang menyangkut hak karyawan.
4. Atasan mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan konflik yang muncul.
5. Ciptakanlah iklim dan suasana kerja yang harmonis.
6. Bentuklah team work dan kerja-sama yang baik antar kelompok/ unit kerja.
7. Semua pihak hendaknya sadar bahwa semua unit/eselon merupakan mata rantai organisasi yang saling mendukung, jangan ada yang merasa paling hebat.
8. Bina dan kembangkan rasa solidaritas, toleransi, dan saling pengertian antar unit/departemen/ eselon.


SUMBER :
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2101230-definisi-dan-ciri-ciri-manajemen/

0 komentar

ORGANISASI FUNGSIONAL


BAB I
PENDAHULAN
Seperti postingan saya sebelumnya bahwa organisasi adalah sekumpulan  orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. organisasi mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membawa anggota dan lingkungannya ke arah yang lebih baik. Struktur organisasi  merupakan suatu rangka kerjasama dari berbagai bagian menurut pola yang menghendaki adanya tertib, penyusunan yang logis, dan hubungan yang serasi. Jadi, dalam struktur organisasi terdapat rangka yang menunujukan segenap tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antar fungsi-fungsi, serta wwenang tanggungjawab tiap anggota organisasi. Terdapat beberapa macam bentuk struktur organisasi yaitu :
·         Struktur organisasi lini
·         Struktur organisasi lini dan staff
·         Struktur organisasi fungsional
Pada postingan saya kali ini, saya akan membahas tentang  organisasi fungsional dalam institusi pendidikan.

BAB II
TEORI
Organisasi fungsional diciptakan oleh F.W.Taylor. yaitu suatu bentuk organisasi di mana kekuasaan pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan di bawahnya dalam satuan bidang pekerjaan tertentu. Struktur ini berawal dari konsep adanya pimpinan yang tidak mempunyai bawahan yang jelas dan setiap atasan mempunyai wewenang memberi perintah kepada setiap bawahan, sepanjang ada hubunganya dengan fungsi atasan tersebut.
Ciri-ciri organisasi fungsional adalah sebagai berikut :
1. Organisasi kecil
2. Di dalamnya terdapat kelompok-kelompok kerja staff ahli
3. Spesialisasi dalam pelaksanaan tugas
4. Target yang hendak dicapai jelas dan pasti
5. Pengawasan dilakukan secara ketat
6. Tidak menjamin adanya kesatuan perintah
7. Hemat waktu karena mengerjakan pekerjaan yang sama
Adapun keuntungan dan keburukan dari struktur organisasi fungsional, yaitu :
Keuntungan dari struktur organisasi ini adalah:
1) Adanya pembagian tugas antara kerja pikiran dan fisik,
2) Dapat dicapai tingkat spesialisasi yang baik.
3) Solidaritas antar anggota yang tinggi.
4) Moral serta disiplin keija yang tinggi.
5) Koordinasi antara anggota berjalan dengan baik.
Keburukan dari struktur organisasi ini adalah:
1) Insiatif perseorangan sangat dibatasi.
2) Sulit untuk melakukan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan diri dalam satu bidang tertentu.
Setiap institusi pasti memiliki sebuah struktur organisasi, termasuk institusi pendidikan. Ada macam struktur organisasi salah satunya struktur organisasi fungsional. Contohnya pada suatu Universitas, seorang pimpinan akan melimpahkan kekuasaannya kepada tenaga pengajar untuk memberi pengajaran kepada mahasiswa sesuai dengan jurusan yang telah di pilih. Adapun kekurangan pada struktur organisasi ini adalah:
1. Mahasiswa akan kesulitan mengerjakan tugas yang diberikan oleh beberapa orang pengajar.
2. mahasiswa tidak dapat mencoba hal baru karena telah ditentukan system pembelajarannya dalam suatu jurusan/ fakultas.
3. mahasiswa cenderung bingung karena mendapat tugas dari beberapa orang pengajar.
BAB III
PEMBAHASAN
Dari pembahasan diatas, sudah seharusnya sebuah ketelitian menjadi modal utama dalam penerapan suatu struktur organisasi, agar individu yang terkait dapat menjalin hubungan yang saling berkesinambungan antara satu dengan yang lain, baik pemimpin maupun bawahannya. Adanya sikap solidaritas yang terlalu berlebihan juga dapat menimbulkan perpecahan dalam bekerja sama. Solidaritas seperti ini ditimbulkan dari staf yang merasa memiliki kemampuan yang sama bersatu dan memisahkan diri dari organisasi sebenarnya. Organisasi Fungsional sebenarnya baik dijalankan dalam pendidikan namun dibutuhkan suatu pimpinan dan pengawasan yang kuat. Hal ini dilakukan guna perkembangan organisasi tersebut.


Sumber :

0 komentar

ORGANISASI NON PROFIT


BAB I
PENDAHULUAN
Organisasi adalah sekumpulan  orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari pasti kita pernah menemukan organisasi dalam ruang lingkup yang kecil seperti OSIS, BEM, karang taruna dan lainnya, organisasi tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membawa anggota dan lingkungannya ke arah yang lebih baik.
Ada 3 elemen pokok organisasi, yaitu :
1.      Interaksi manusia
2.      Kegiatan untuk mencapai tujuan
3.      Struktur organisasi
Jenis-jenis Organisasi Berdasarkan Tujuannya, yaitu Organisasi profit dan Organisasi non profit. Sebagaimana kita ketahui bersama organisasi nirlaba atau organisasi non profit memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan organisasi yang berorientasi kepada profit yang sering juga disebut sebagai organisasi bisnis,Perbedaan organisasi non profit dengan organisasi profit :
A. Organisasi nirlaba:
·         kepemilikan tidak jelas (anggota, klien, atau donatur)
·         membutuhkannya sebagai sumber pendanaan
·         tanggung jawab/jabatannya tidak jelas
B. Organisasi laba:
·         kepemilikan jelas
·         telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya
·         tanggung jawab/jabatanya jelas.
Pada postingan saya kali ini, saya akan membahas tentang  organisasi no profit atau bisa disebut juga organisasi sosial dan salah satu contohnya Palang Merah Indonesia (PMI).



BAB II
TEORI
Menurut Wikipedia Indonesia, organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Salah satu contoh organisasi sosial Palang Merah Indonesia(PMI). Palang Merah Indonesia (PMI) siapa yang tak kenal dengan organisasi sosial yang satu ini, Ya Palang Merah Indonesia (PMI) adalah suatu organisasi yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. Organisasi ini (PMI) selalu berpegang teguh pada prinsipnya yaitu Kemanusiaan, Kesamaan, Kenetralan, Kemandirian, Kesukarelaan, Kesatuan, Kesemestaan.
Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873.Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling IndiĆ« (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang. Perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) diawali 1932. Kegiatan tersebut dipelopori Dr. R. C. L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan PMI. Rancangan tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia, dan diajukan ke dalam Sidang Konferensi Narkai pada 1940, akan tetapi ditolak mentah-mentah.
Rancangan tersebut disimpan menunggu saat yang tepat. Seperti tak kenal menyerah pada saat pendudukan Jepang mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk yang kedua kalinya rancangan tersebut kembali disimpan. Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945 saat itu Soekarno memerintahkan Boentaran Martoatmodjo (Menkes RI Kabinet Sjahrir I) agar membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Dibantu panitia lima orang yang terdiri dari Dr. R. Mochtar sebagai Ketua, Dr. Bahder Djohan sebagai Penulis dan tiga anggota panitia yaitu Dr. R. M. Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki, Dr. Sitanala, Dr Boentaran mempersiapkan terbentuknya Palang Merah Indonesia. Tepat sebulan setelah kemerdekaan RI, 17 September 1945, PMI terbentuk.
Peristiwa bersejarah tersebut hingga saat ini dikenal sebagai Hari PMI. Guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi pada saat-saat yang akan datang saat ini PMI tengah mengembangkan Program Community Based Disarter Preparedness(Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat). Program ini dimaksudkan mendorong pemberdayaan kapasitas masyarakat untuk menyiagakan dalam mencegah serta mengurangi dampak dan risiko bencana yang terjadi di lingkungannya. Hal ini sangat penting karena masyarakat sebagai pihak yang secara langsung terkena dampak bila terjadi bencana.
Selain itu di Palang Merah Indonesia juga marak di selenggarakan pelatihan untuk Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (Community Based First Aid/ CBFA). Pada dasarnya seluruh gerakan kepalangmerahan haruslah berbasis masyarakat, ujung tombak gerakan kepalangmerahan adalah unsur unsur kesukarelaan seperti Korps Sukarela atau KSR maupun Tenaga Sukarela atau TSR dan juga Palang Merah Remaja atau PMR dan seluruh unsur ini selalu berbasis pada anggota masyarakat sesuai salah satu prinsip kepalangmerahan yaitu kesemestaan.
Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.Sebagai perhimpunan nasional yang sah, PMI berdiri berdasarkan Keputusan Presiden No 25 tahun 1950 dan dikukuhkan kegiatannya sebagai satu-satunya organisasi perhimpunan nasional yang menjalankan tugas kepalangmerahan melalui Keputusan Presiden No 246 tahun 1963.


Misi & Visi PMI

Dalam berbagai kegiatan PMI komitmen terhadap kemanusiaan yang berisi tentang memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan melalui promosi prinsip nilai kemanusiaan, penanggulangan bencana, kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kesehatan dan perawatan di masyarakat. Dengan adanya Palang Merah Indonesia (PMI) diharapkan dapat membantu masalah kemanusiaan.

Pada dasarnya seluruh gerakan kepalangmerahan haruslah berbasis sistem Organisasi & Manajemen, karena dengan adanya sistem tersebut suatu organisasi dapat berjalan dengan baik & lancar. Palang Merah Indonesia memiliki cabang-cabang yang dikhususkan untuk membantu beberapa masalah kemanusiaan yang diantaranya memiliki 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan 408 PMI cabang (tingkat kota/kabupaten di seluruh Indonesia).

Pemerintah & Rakyat Indonesia pada umumnya sangat terbantu dengan organisasi sosial Palang Merah Indonesia (PMI) yang mengatasi beberapa masalah misi kemanusiaan yang menolong tanpa mengenal lelah dan tanpa memandang Ras, Suku & perbedaan lainnya (sesuai dengan prinsip PMI).

BAB III
PEMBAHASAN
             Setelah mengetahui penjelasan, prinsip, tujuan dan misi visi dari PMI kita bisa menyimpulkan banyak hal dari teori diatas. Palang Merah Indonesia(PMI) masuk dalam jenis organisasi non profit karena tujuan PMI bukanlah mencari laba sebanyak-banyaknya akan tetapi untuk memberikan bantuan kepada masyarakat dalam hal kesehatan. Akan tetapi banyak hal yang masih harus diperhatikan dalam organisasi non profit ini. Biasanya organisasi ini memerlukan suntikan dana dan tenaga atau bisa juga memerlukan bantuan dari masyarakat luar yang berniat untuk membantu sesamanya seperti donor dara.
           Dapat kita acungi jempol kepada orang-orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan karena dapat menolong sesame. PMI juga dapat memperingan beban masyarakat menengah kebawah yang juga memerlukan kesehatan dengan cara membuka  pengobatan gratis,  meringankan beban para korban dengan car menjadi  sukarelawan pada saat sedang terjadi bencana alam, kecelakaan transportasi dan lain-lain. Dalam hal ini bisa dibilang Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan salah satu contoh organisasi sosial yang memiliki rasa jiwa kemanusiaan yang paling tinggi tanpa memandang Ras, Suku & perbedaan lainnya (sesuai dengan prinsip PMI). Palang Merah Indonesia(PMI) sebagai perhimpunan nasional yang sah, dituntut untuk memenuhi pelayanan kesehatan masyarakat dengan baik sebagai tugas pokoknya.

SUMBER :
0 komentar